Ulangan Berbasis Proyek (Project-Based Assessment): Masa Depan Evaluasi di Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia, salah satunya melalui penekanan pada Ulangan Berbasis Proyek (Project-Based Assessment). Metode evaluasi ini menandai pergeseran radikal dari ujian tertulis tradisional yang mengandalkan hafalan. Ulangan Berbasis Proyek fokus pada pengukuran keterampilan holistik, seperti kreativitas, pemecahan masalah, dan kolaborasi, yang merupakan kompetensi esensial abad ke-21. Ini bukan sekadar tugas tambahan, melainkan jantung dari penilaian formatif.
Pendekatan Ulangan Berbasis Proyek memastikan siswa tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga menerapkannya untuk menciptakan produk nyata. Misalnya, siswa diminta merancang solusi konservasi air di lingkungan sekolah alih-alih menjawab pertanyaan tentang siklus air di kertas ujian. Proses ini memaksa siswa berpikir kritis, merencanakan langkah-langkah, dan menggunakan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran secara terintegrasi dan bermakna.
Salah satu keuntungan terbesar dari Ulangan Berbasis Proyek adalah autentisitasnya. Proyek yang dikerjakan menyerupai tantangan dan tugas di dunia kerja nyata. Hal ini menyiapkan siswa lebih baik untuk masa depan, di mana kemampuan mengimplementasikan teori jauh lebih dihargai daripada sekadar mengulanginya di atas kertas. Penilaian menjadi lebih relevan dan tidak lagi terasa artifisial.
Namun, implementasi Ulangan Berbasis Proyek menuntut kesiapan dari pihak guru. Guru harus bertransformasi dari penguji menjadi fasilitator, membimbing siswa melalui tahapan proyek sambil memberikan umpan balik konstruktif yang berkelanjutan. Diperlukan pelatihan intensif bagi guru agar mahir dalam merancang rubrik penilaian yang adil dan objektif untuk mengukur proses dan hasil proyek yang beragam.
Dari sisi manajemen waktu, proyek sering membutuhkan alokasi waktu yang lebih panjang, biasanya beberapa minggu hingga satu semester. Oleh karena itu, diperlukan manajemen tugas yang baik, baik dari siswa maupun guru, untuk memastikan proyek berjalan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan tanpa mengorbankan materi pelajaran lain yang harus dikuasai.
Kualitas proyek yang dihasilkan juga sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya dan fasilitas sekolah. Sekolah harus menyediakan workshop, laboratorium, atau akses teknologi yang memadai agar siswa dapat melaksanakan proyek dengan baik. Dukungan dana dan logistik dari pihak sekolah menjadi kunci keberhasilan metode evaluasi inovatif ini.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) perlu terus mempromosikan dan mendukung adopsi Project-Based Assessment di seluruh jenjang pendidikan. Keseragaman pemahaman dan standarisasi penilaian diperlukan agar metode ini dapat diimplementasikan secara merata dan efektif di seluruh daerah.
Secara keseluruhan, Ulangan Berbasis Proyek bukan hanya tren sesaat, tetapi fondasi evaluasi yang logis dalam Kurikulum Merdeka. Dengan fokus pada aplikasi pengetahuan dan pengembangan keterampilan abad ke-21, metode ini menjanjikan lulusan yang siap menghadapi tantangan dunia kerja dan kehidupan yang semakin kompleks.